Jumat, 05 Oktober 2012

Kesepian



Andai aku memiliki teman yang mampu mengerti bagaimana rasa kesepian itu. Bukan kesepian biasa yang mampu hilang dengan sendirinya. Kesepian ini begitu menggugat, meminta untuk diperhatikan atau jiwa menjadi taruhan.
Tak ada yang mengerti aku di dunia ini. Tak pernah ada.
Aku berjalan sendirian di dunia ini dalam jiwa yang sepi dan hampa. Aku tidak membutuhkan kekasih teman, aku membutuhkan seorang sahabat. Seorang sahabat yang mampu membawa cahaya dalam ruang pengap gelap hatiku ini.
Bukankah kamu tertawa Dea?” Tanya seorang teman. “Lantas, mengapa sepi masih melanda.
Andai engkau mampu mengerti teman. Andai engkau mampu mengerti…”batinku

Dalam jiwaku, ada aku yang meringkuk sepi sendiri. Sebuah jiwa yang tak ingin diusik. Namun dalam jiwaku juga ada aku yang melihat jiwa sepiku itu dari bilik-bilik jendela kegelapan. Hanya ada sedikit temaram dalam hati ini dalam luasan gelap seluruh titik.
Aku yang tak mengerti aku…
Ketika, rasa sepi itu datang lagi. Dhea coba usir dengan lagu dan buku namun tak mampu hilang.
Aku menghubungi sahabatku. Mungkin dia memiliki solusi di tengah puncak rasa kesendirian ini. Namun tak ada yang mampu menggugatnya.
Andai kesepian itu sebuah batu, ingin kuhancurkan ia dengan api hingga menjadi pasir serpihan.
Andai kesepian itu adalah air, ingin ku bakar ia hingga menjadi uap tak berbentuk.
Andai kesepian itu laksana gas, kan kutekan dan mempatkan ia hingga menjadi cair.
Di antara ratusan galaksi, mengapa aku masih merasa sepi? Di antara jutaan bintang, mengapa sepi ini masih saja melanda? Di antara milyaran jiwa, mengapa aku harus merasa hampa.
Andai aku mengerti. Andai aku mengerti…
Tak semudah itu memahami maksa sepi di hati. Kekosongan hati oleh rasa hampa. Seperti ada sesuatu yang mengganjal di hati, sesuatu yang membuatku merasa mual dan ingin muntah. Sesuatu yang semestinya harus dikeluarkan tetapi tak akan mampu. Hanya Tuhan yang mampu.
Aku bingung. Bagaimana harus menjelaskan sesuatu yang tak akan mampu dijelaskan. Aku bingung.
Andai semudah itu menjelaskan makna hampa di jiwa. Andai semudah itu…
Tuhan, apakah ini sebuah hukuman?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar